Minggu, 25 November 2012

Mengkhawatirkanku?

Apa kau tidak mengkhawatirkanku? Pertanyaan itu muncul setelah di beberapa hari kau dan aku terpisah tanpa komunikasi. Aku asyik dengan segala aktvitas dan kesendirian yang menemani, sedang aku tak tahu apa yang sedang kau kerjakan disana. Apakah skripsi memang menyita waktu hingga tak ada satu pun sms yang kau kirim untukku? Atau mungkin seseorang itu kembali lagi dalam kehidupanmu sehingga sekarang kau acuhkan aku, menjadikanku bagian yang tidak penting lagi? 

Aku tersenyum ketika pertanyaan-pertanyaan itu terlintas dalam fikiran apalagi setelah aku melihat update status facebooknya yang berisi “Together? To Get Her?”. Aku? Bukanlah yang istimewa dalam kehidupannya. Kami berteman cukup lama dengan intensitas pertemanan dengan penuh kemesraan. Mungkin ini yang dinamakan Teman Tapi Mesra. Aku baru merasakan hal terbodoh yang aku alami selama aku hidup dan mempunyai seorang teman pria yang begitu menyita waktu dan fikiranku. Seharusnya aku tak sebodoh ini menjadi seorang wanita. Seharusnya aku bisa lebih tegas hingga tak seorang pun mengotak-ngatik perasaanku kecuali Dia dan aku. 

Pria itu membunuh waktuku. Aku begitu tergila-gila kepadanya. Bukan karena gombalannya karena dia bukan tipe penggombal dan karna tidak bisa menggombal. Bukan karena ketampanannya karena masih banyak pria yang tampan di luar sana. Bukan karena uangnya karena masih banyak pria yang berdompet tebal. Pria itu membunuh jantung hati karena rasa cinta kepada ibunya, karena kesholehannya karena kepintarannya. Namun, dia belum pintar bagaimana meramu sebuah perasaan. Dia belum cerdas memilih antara aku dan orang lain yang pernah singgah di hatinya. 

Aku ingin meracik masa depan dengannya. Mengungkap rahasia masa depan yang penuh teka-teki dengannya. Mencoba bertahan hidup dengannya. Menggapai semua cita-cita bersamanya. Begitu cemburunya, saat kau memperlihatkan kekasihmu. Aku tak tahu apa orang tersebut masih menjadi kekasihmu atau sudah menjadi masa lalumu. Ibumu yang tak merestui sangat mencambuk hati. Aku tahu mengapa begitu sakit ketika seorang ibu tak merestui pilihan hatimu. Seorang wanita cerdas yang sudah melangkah lebih jauh hingga ke negeri gingseng. Seorang wanita tanah air yang fasih menggunakan bahasa asing. Seorang wanita cerdas nan manis. Hingga aku iri melihatnya. Aku yang tak mempunyai apa-apa begitu sangat kerdil. Namun, apakah pria itu tahu betapa aku meringis kesakitan? Apakah pria itu memikirkan efeknya saat memperlihatkan wanita itu kepadaku? 

Sungguh, hingga kini aku tak mau lagi membalas sms darimu, tak mempunyai semangat untuk menyapamu. Namun, apakah pria itu tahu, betapa sakitnya aku menahan semua itu? Tidak ada kekuatan batinku untuk mengucap bahwa aku sangat menyayangimu. Aku tahu begitu banyak wanita di luar sana yang menginginkanmu, dan sangat kecil kemungkinan untukku mencintaimu lebih jauh. 

Tidak ada kebencian kepadamu, bahkan aku sangat membenci diriku karena tidak bisa menjadi yang terbaik untuk pria yang baik sepertimu. Mungkin karena aku juga belum paham apa arti mencinta sesungguhnya. Aku mungkin belum pantas menjadi bagian dari agamamu, namun selalu saja aku berharap agar Tuhan memantaskanku untuk menjadi separuh nyawamu. 

Bagaimanapun, waktu-lah yang akan menjawab semua. Aku ingin mencintaimu seperti kau mencintai ibumu. Ingin menjadi bagian dari agamamu sebagaimana ibumu menjadikanmu sebagian dari agamanya yang begitu indah. Semoga Allah mempertemukan kita pada yang seseorang yang lebih paham tentang kita.

Minggu, 11 November 2012

Liburan Gratis ke Pulau Komodo (Visit indonesia Travel)



Liburan Gratis ke Pulau Komodo (Visit indonesia Travel)

QUIS : TRAVEL Ke pulau Komodo

1. Buka di http://id.indonesia.travel/quiz/index.php?fuid=100003886890284

2. LOG IN (Tulisan berwarna biru).

3. Masuk melalui facebook & Ijinkan akses.

4. Kembali ke Quiz.

5. Isi Biodata anda.

6. Jawab pertanyaan seputar wisata Indonesia dan kumpulkan poin sebanyak-banyaknya

Pemenang masing-masing akan mendapatkan paket wisata ke Taman Nasional Komodo selama 3 hari 2 malam.

Biaya hotel, pesawat, perahu, makan dan uang saku secukupnya akan ditanggung pihak ndonesia.travel

Pemenang akan diberangkatkan dari Jakarta

Biaya di luar perjalanan tersebut di atas tidak ditanggung oleh pihak indonesia.travel

Pihak yang terkait sebagai penyelenggara kuis (indonesia.travel) tidak diperkenankan untuk mengikuti kuis ini.


ditutup 30 November

Minggu, 04 November 2012

Empat Hari Bersama Michael Sheridan


Mungkin ketika orang-orang membaca judul yang saya tulis akan banyak pertanyaan atau pernyataan. Mungkin akan ada yang bertanya “Siapa Michael Sheridan itu?” atau mungkin ada yang bilang “Oooh I know Michael Sheridan” dan banyak persepsi-persepsi yang lain. Namun bagi saya empat hari bersama Michael Sheridan itu sangat menarik. Karena mengapa tidak, sebagai orang yang sangat terobsesi dengan dunia perfilman, saya antusias sekali belajar dengan Michael Sheridan walau hanya empat hari, dan kalau boleh bilang belajar empat hari bersama Michael Sheridan itu free alias gratisan dan diluar dugaan, seolah surprise terindah saya di akhir bulan Oktober kemaren.

Saya yang lagi tiduran karena demam yang lagi menyerang ditambah hidung mampet yang bener-bener buat saya bete, tiba-tiba handphone saya bunyi dan pas diliat nomor baru yang memanggil. Saya angkat dan SURPRISE!!! Yang menelpon adalah panitia dari Workshop Peningkatan Kualitas Produksi Film, setelah telepon ditutup saya jingkrak-jingkrak, sorak-sorak, dan lupa kalau saya lagi demam malem itu.

Beberapa menit kemudian saya dikirim alamat hotel tempat workhsop dilaksanakan. Sebenernya saya ragu dengan pengumuman tersebut. Karena udah jadi rahasia umum kalau penipuan itu selalu terjadi dengan berbagai macam cara, apalagi dengan tekhnologi yang makin canggih. Saya coba kirim email ke panitia untuk meyakinkan bahwa saya memang terpilih menjadi peserta workshop tapi tetep nggak ada balasan, saya juga kirim message lewat facebook ke mas Haryanto (sutradara dan panitia workshop) tapi tetep aja nggak ada balasan.

Dengan bismillah saya pun pergi ke hotel The Radiant Villa’s Lembang. Sebelum keberangkatan ke hotel saya mempersepsikan tentang diri saya, yang pertama kalau tiba-tiba nyampe dan nama saya nggak ada, berarti saya harus pulang tapi dengan malu yang menggunung karena orang-orang rumah udah pada tau kalau saya mau ketemu Michael Sheridan. Yang kedua, nama saya ada tapi dari institusi yang laen, berarti saya harus pulang juga. Yang ketiga, nama saya ada dan saya harus mengikuti workshop, berarti persiapannya harus bener-bener full mulai dari fisik juga mental, karena dari institusi saya hanya saya doang yang terpanggil workshop.
Pukul 05.30 AM saya diantar pergi oleh kakak saya pakai motor, dengan kecepatan diatas 60km/jam, angin bandung diterjang sedemikian kencang karena takut kesiangan. Dijadwalkan setiap peserta harus sudah registrasi pada pukul 07.00. jarak Banjaran ke Lembang itu bagaikan dari Selatan ke Utara, karena Banjaran itu di Bandung selatan dan Lembang itu di Bandung Utara. Dengan sedikit hambatan banjir di daerah Palasari, akhirnya motor diputar balik, lewat Buahbatu akhirnya lancar tanpa kemacetan yang begitu berarti.

Tepat pukul 06.55 AM saya sampai di The Radiant Villa’s Lembang, itupun dengan nanya sana, nanya sini. Saya pun registrasi dan saya mencari nama di absen, dan Alhamdulillah nama saya ada di absen nomor 47 dari 50 orang peserta. AMAZING!! Dengan dag-dig-dug-dweeer.. :D

Tahap selanjutnya, saya mencari tempat duduk yang strategis. Karena sudah terlanjur saya sendiri akhirnya saya mencari tempat duduk di paling depan. Dan alhamdulillah saya duduk bersampingan dengan perempuan lagi. Ketika saya berkenalan dengan perempuan di sebelah saya, saya kira perempuan tersebut mahasiswa seperti saya, ternyata beliau adalah dosen film di salah satu universitas swasta di Bandung. Menakjubkan, perempuan muda itu sudah menjadi dosen.

Saya pun berkenalan lebih jauh dengan beliau. Saya adalah orang yang segala ingin tahu, kepenasaran saya jauh lebih tinggi dari ketidakingintahuan saya, olehnya saya terus lirik sana, lirik sini. Saya liat ada Didi Petet, Haryanto Corakh, Sudibyo JS, Syamsul Adnan, lalu saya liat Michael Sheridan. Wow!! Saya update facebook saat itu juga “DAMN, HE’S MICHAEL SHERIDAN!! He’s movie maker from USA” Lebih menyenangkan lagi ketika saya ngobrol sana ngobrol sini, setiap orang membicarakan tentang photography, film, kamera, komposisi, coverage, depth dan lain sebagainya.
Cukup 2 jam saya beradaptasi dengan mereka. Pertama saya melihat keadaan ruangan disana, melihat gerak-gerik orang-orang, bahasa yang dipakai (meski sama pakai bahasa sunda dan Indonesia, tapi tetap harus menyesuaikan, bener kan? Hehe..). akhirnya saya bisa menyesuaikan pembicaraan dengan orang-orang di sekitar saya.

Kelas bersama Michael Sheridan sendiri dimulai pada pukul 10.00 di hari pertama yang sebelumnya dibuka oleh Kemendikbud dan Om Didi Petet. Awalnya saya kurang paham akan bahasa Michael Sheridan, maklum kuping saya harus beradaptasi terlebih dahulu dengan bahasa USA-nya Sheridan. Tapi lama kelamaan, saya tahu apa yang Sheridan katakan, bahkan ketika saya mengajukan pertanyaan secara sadar dan tidak sadar saya bertanya menggunakan bahasanya Sheridan.

Hal pertama yang Sheridan berikan adalah Using Camera, cara penggunaan kamera, mulai dari On sampai Off-nya. Lalu 50 orang dari kami dibagi menjadi 9 kelompok, dan saya satu kelompok dengan dosen yang duduk di sebelah saya, lalu dosen dari Universitas di Jogja, lalu dua orang guru dari SMKN dari Bandung dan seorang mahasiswa dari Universitas di Bandung. Maka jumlah kami 6 orang dan disimpan pada kelompok ke-2.

Sheridan memberi arahan untuk praktek terlebih dahulu lalu beliau memberikan teori-teori singkat tentang film. Mana yang baik dan mana yang kurang baik. Mana yang bagus dan mana yang kurang bagus. Beliau memberikan pengarahan langsung ke setiap kelompok, mengevaluasi hasil kerja kita dan memberikan saran dan kritik pada setiap gambar yang kita ambil.

Saya sebagai orang awam di dunia perfilman bener-bener antusias dengan workshop tersebut, saya bertemu dengan orang-orang yang sudah profesional di bidang film, iklan dan multimedia lainnya. Ada yang interest pada penulisan script, ada yang interest pada audio, photography, ediitng dan lain sebainya.

Empat hari bersama Sheridan yang merupakan movie maker yang pakem dalam dokumenter memberi pengetahuan kepada saya tentang film dokumenter khususnya di dunia Barat. Lalu penyampaian film dokumenter Barat yang tidak terlalu banyak efek-efek musik atau visual. Dokumenter atau yang dikenal dengan Lived-Reality memang dibuat senatural mungkin, meski ada yang men-direct tapi dibuat seeksotik aslinya.

Belajar empat hari bersama Sheridan seperti belajar selama 2 semester tapi dirangkum dalam empat hari. Keren dan Indonesia harus banyak mengadakan workshop-workshop film untuk meningkatkan kualitas perfilman Indonesia agar lebih berkualitas tinggi.
CHAYO SINEAS INDONESIA!!

Sabtu, 03 November 2012

Lewati Masa Kritis

Dan angin itu membawaku terbang hingga terlupa tentang sesuatu

Dan jalanan itu membawaku terbawa bermimpi di alam nyata

Namun kini aku ingat tentang sesuatu, tentang kita

Aroma udara yang siang tadi aku hirup luar biasa membiaskan kenyataan

Nafasku tak se-sesak disini

Aku yang mengingatmu tapi entah-kah kamu ingat apa yang aku fikirkan

Dunia ini terasa sempit, se-sempit jalan setapak yang aku pijaki hari ini dengan kelelahan

Namun ternyata ada cahaya yang tak membiaskan laju kendaraanku

Aku temui indahnya kawah yang udaranya begitu dingin menusuk, sedingin kamu

Laju kendaraanku pun sekencang waktu yang ternyata sekencang waktu yang kita lewati

Indahnya mungkin tak seindah panorama yang Tuhan berikan, mungkin tak direstui, entahlah...

Semua seindah waktu yang ingin aku lewati

Aku ingin lewati masa kritis ini

Sungguh...

Rabu, 24 Oktober 2012

Aku tahu bahwa itu CINTA

Malam ini, aku akan menceritakan seorang pemuda, ia tampan, gagah, rupawan, baik hati. Tatapan matanya selalu memberikan perasaan yang berbeda. Ada kehangatan di setiap dia menatapku. Hangatnya hembusan nafasnya merasuk ke dalam otot-otot tubuhku. Wangi tubuhnya tak mencolok tapi ketika ia berada di sampingku, wanginya begitu khas.

Dia menceritakan pengalaman-pengalaman menariknya kepadaku, tentang ibunya, tentang keponakannya yang masih bocah, tentang sekolahnya, tentang seseorang yang ia sayangi akan tetapi harus ia lepaskan dengan begitu berat. Ia pun menceritakan tentang cita-cita yang sedang ia kejar, sebuah impian di masa yang akan datang, tentang harapan, tentang gejolak meraih mimpi, tentang dunia, tentang surga, tentang keluarga dan tentang cinta.

Suatu saat di  malam yang begitu sepi, dia mengirimkan sebuah pesan pendek. Mengantarkanku ke dalam dunianya, aku mengenalnya, lalu memahaminya secara perlahan. Hingga aku tahu jam makan sianya, jam kerjanya, jam belajarnya, dan jam di saat dia menghubungiku.

Perlahan aku masuk dengan irama yang ia buat, alunan melodinya begitu lembut, semilir angin pun tak terasa menusuk pori-pori kulitku. Aku terbawa arus air yang mengalir ke dalam samudera yang luas dan begitu dalam. Aku tersapu secara perlahan, seperti angin yang membawa debu. Seperti air yang membawa dedaunan. Seperti kayu yang terkikis dari masa ke masa.

Perlahan dan terus secara perlahan, hingga aku mengetahui bahwa ini adalah CINTA, SAYANG, KEINGINAN UNTUK MEMILIKI, KASIH, dan sebuah rasa yang belum tertaklukan oleh waktu.
Aku melihat punggung lebarnya dengan kasat mata, jarak kami hanya 30cm. Aku duduk tepat di belakang punggungnya, di sebuah sepeda motor yang masih kokoh. Aku melukis sebuat peta dengan laser mataku. Angin di malam itu tak memusnahkan peta-ku. Tiba-tiba dia bertanya “Kenapa diam?” aku sentak kaget, peta yang ku gambar di atas punggungnya hampir hancur. “Nggak, hanya ingat sesuatu” ucapku kepadanya. Perjalanan malam itu terasa singkat, obrolan kami tak tentu arah. Tentang kuliah, tentang pekerjaan, tentang cita-cita, tentang kehidupan, tentang perjalanan, tentang hobi, dan tentang yang tak pernah aku obrolkan dengan senyaman itu.

Cinta, kasih, harapan itu mengalir dalam darahku. Obrolan demi obrolan terus berlanjut. Ketika aku sendiri, dan ingin menangis, aku mengabarinya lewat pesan singkat. Begitu juga dengan kegembiraan, orang yang pertama aku hubungi adalah dia. Tentang segala keputusan yang aku ambil, tentang pekerjaan, tentang segala macam yang membuatku bimbang, aku tanyakan kepadanya untuk diberikan dukungan dan sokongannya.
Detik demi detik aku lewati, jam terus berputar dalam titiknya. Jarumnya terus memutar tanpa henti, dengan dentingan tegasnya. Namun, ternyata ketegasan tak berpihak pada cinta, kasih dan harapan itu.
Aku mulai terhenti untuk terus mengharapkannya hingga aku mengirimkan sebuah pesan singkat kepadanya :

“jika esok bisa aku lewati, maka aku bisa melupakan segala sesuatu di hari ini, begitu juga dengan lusa, jika lusa bisa aku lewati, maka esok akan bisa aku lupakan. Jika ada sesuatu tentang perasaan ini padamu di hari ini, dan aku bisa melewatinya, aku akan bisa melupakan tentang perasaan itu kepadamu, karena jika terus aku simpan, aku takut perasaan ini menjadi busuk seperti apel yang sudah tidak merah lagi. Aku tidak tahu, bagaimana cara ungkap segala rasa ini, aku seperti anak SMA yang sedang jatuh cinta. Menangis saat kau tidak menghubungiku, tersenyum saat kau menyapaku, aku ini memang kekanak-kanakan, tidak seperti kamu yang dewasa menyikapi segala permasalahan. Aku tak tahu mungkin tak akan pernah tahu bagaimana perasaanmu kepadaku, mungkin sama sepertiku atau mungkin kontradiktif dengan perasaanku. Jika hari ini bisa aku lewati, maka aku akan melupakan hari kemarin, begitu juga dengan esok, jika esok aku bisa melewatinya, maka aku akan lupa bahwa hari ini pernah terjadi sesuatu diantara kita, meski Tuhan takkan pernah lupa. Salam hangat untukmu”

Berjalannya waktu, ia memang masih menaruh sebuah perasaan pada perempuan yang pernah ia ceritakan kepadaku. Begitu pilu, saat pesanku tak dibalas. Aku ingat perkataanku, bahwa aku akan lupa hari dimana ada sesuatu terjadi diantara kita. Meski Tuhan tidak akan pernah lupa.
Malam ini, aku tidak akan mengetahui lagi bagaimana keadaannya, apakah dia sudah makan, apakah dia sudah istirahat, aku pun tak akan mengetahui jadwalnya yang padat, mungkin karena terlalu padatnya hingga tak ada waktu untuk mengirimkan sebuah pesan kepadaku. Aku pun tak akan pernah di ganggu lagi oleh kerlingan matanya.
Malam ini, aku mengingatnya karena diingatkan oleh sepenggal puisi yang aku tulis untuknya beberapa saat ketika rasa itu menggebu. Isinya “Untuk kamu, yang indah dalam alunan melodi, yang selalu bernyanyi dengan nada sumbang namun menjadi merdu dikelilingi sepoy udara”
Malam ini akan aku lewati dan esok aku akan melupakan bahwa hari ini aku mengingatnya kembali tanpa kesengajaan.



Untuk “ei” yang pernah mengisi relung hati, hingga aku selalu mengharapkan sebuah keindahan masa depan denganmu. Untuk “ei” yang pernah bahkan selalu menggangguku dengan kerlingan matanya, pada hal itu aku belum bisa melupakannya.

Mom, setiap saat aku merindukanmu..


Alhamdulillah, pagi ini saya terbangun seperti biasa. Menghirup oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida dengan sempurna walau sedikit tersumbat. Pukul 04.30, nenek saya masih tidur lelap. Udara pagi itu sangat sempurna, sejuk dan sesekali menggigit pori-pori. Saya pun menengok sebelah kanan saya, seorang bocah berumur 1,5 tahun masih terlelap.

Pagi ini, bukan seperti biasanya. Sudah dua hari saya menginap di rumah nenek (orang tua ibu saya). Di sebuah desa yang kini sudah tak kental lagi aroma pedesaannya. Walau begitu, tetap saja nampak berbeda jika dibandingkan dengan keadaan rumah saya di tengah kota yang hiruk pikuknya sudah terasa setelah shalat shubuh. Tapi disini, setelah shalat shubuh, saya masih bisa melihat ibu-ibu sedang menyapu halaman rumahnya dengan sapu lidi. Masih bisa melihat anak-anak SD yang hendak pergi ke sekolah menggunakan sepeda, masih bisa menikmati surabi oncom, masih bisa melihat para petani yang akan pergi meladang.

Namun, ada yang berbeda di pagi kemarin dan pagi ini.
Ibu. Iya, ibu tidak ada disini. Walau umurku mau menginjak ke angka 22, tapi sesosok ibu memang memiliki ruang tersendiri di hati. Nampak berbeda tidak ada ibu di sini. Ketika di kampung nenek masih bisa melihat ibu-ibu yang membersihkan halamannya dengan sapu lidi, di sini saya tidak menemukan sesosok yang kuat sedang mengepulkan asap di dapur, meyiapkan sarapan, membereskan dapur atau mencuci piring.
Yah, setiap pagi ketika saya terbangun, ibu sedang mencuci piring, memasak, memotong-motong sayuran, menyiapkan keperluan sehari-hari untuk saya dan adik-adik saya pergi ke sekolah, meyiapkan segala keperluan di toko kami, menyiapkan baju bapak dan semuanya di lakukan seorang diri, tanpa pembantu. Terkadang aku melihatnya sedang mencuci pakaian kami, terkadang sapu, lap, piring di pegang dalam satu keadaan.
Di siang hari, ketika aku pulang sekolah. Aku sudah bisa makan makanan enak hasil tangan ibu, hasil kerja keras ibu. Ketika aku mau tidur, aku mengintip dari ujung mataku. Ibu mencium keningku, menyelimutiku, mengolesi obat anti nyamuk, mematikan lampu kamarku, menyiapkan alarm di handphoneku, melepaskan kacamataku, menutup laptop, dan mengelus kepalaku. Aku ingin terbangun saat itu, tapi entah mengapa aku tak mau, aku takut ketika aku terbangun bahwa itu hanyalah mimpi saja.
Betapa aku belum bisa membalas jasa ibu. Aku belum bisa membayangkan bagaimana jika aku menjadi dirimu, bu. Apakah aku akan sabar menghadapi seorang anak seperti aku? Apakah aku akan tetap bersemangat menyambut pagi menghadapi bocah-bocah seperti kami? Dua atau tiga tahun yang akan datang, aku tak tahu masih bisa melihat dunia, bahkan esok atau lusa apakah aku masih bisa melihatmu tersenyum kepadaku?
Mommy, I’m grown up now.. and I’d like to put smile on your face everyday..
Baru dua hari aku bersama saudara-saudaramu, bu, disini aku bersama orang-orang yang menyayangiku tapi kasih sayangmu tak ada duanya.

Kasih ibu kepada beta, tak terhingga sepanjang masa, 
hanya memberi tak harap kembali, bagai Sang Surya menyinari dunia

Selasa, 23 Oktober 2012

Lyric ; Ku Milik-Mu


by : Maher Zain

Ku berdoa dengan jiwa dan tubuhku
Setiap hari sepanjang hidupku
Dengan napasku aku berjanji pada-Mu
Untuk hidup hanya untuk-Mu
Oh Allah kau bangkitkan jiwaku
Cahaya-Mu terangi hatiku
Hidupku kupersembahkan pada-Mu
Kumilik-Mu.. Ku milik-Mu
Kini kutahu rasanya, hidup dalam cahaya kasih-Mu
Kini kutahu rasanya, menemukan damai dihati
Seandainya semua tahu, indahnya mengabdi pada-Mu
Seandainya semua tahu kasih-Mu lepaskan belenggu
Bebaskanku kuatkanku

Oh Allah ku bersyukur pada-Mu walau kata tak sanggup ungkapkan
Kau buatku mampu lawan keraguan dan tegar hadapi tantangan
Hanya Kau sanggup bangkitkan jiwaku
Cahaya-Mu terangi hati dan hidupku kupersembahkan pada-Mu
Kumilik-Mu

Cinta, hidup, siang, malam, harta doa semua untukmu
Cinta, hidup, siang, malam, harta doa semua untukmu
Dan tiada satupun dapat bersaing dengan-Mu dihatiku
Cinta, hidup, siang, malam, harta doa semua untukmu


Sepenggal Puisi Untuk "Kamu"




Kamu, sepenggal nada yang berirama indah, melantunkan nyanyian-nyayian syahdu yang ingin aku ikuti
Kamu, sepenggal lirik yang unik dan begitu elok, menyajikan sajak-sajak yang begitu mempesona
Aku, merindukanmu disini, rindu untuk menemaniku dalam rasa yang tiada henti menjadi do’a agar aku bisa bersandar pada punggungmu yang lebar saat aku duka dan saat aku bahagia
Aku, merindukanmu disini, merindukan agar kamu menjadi sahabatku, melukis indahnya dunia, merencanakan peta kehidupan bersama

Aku, merindukanmu...

Tiada kata yang bisa kuucap karena tiada kamu disini, 
hanya bisa kuucap saat rindu memuncak dan membaginya menjadi do’a kepada Tuhan
Tiada kata yang bisa aku nyanyikan karena kamu sepenggal lirik yang begitu mempesona saat aku tatap
Hampa tiadamu, lunglai tubuh ini tanpa nadamu, perih hati ini tanpa sapamu.

Puncak tertinggi kerinduan sedang melandaku,
Karena tiada kamu disisiku
Puncak tertinggi kerinduan sedang menguasai tubuh dan hatiku,
Membuat badanku bergetar, membuat bibir ini kering tapi membuat mata ini basah tak tertahan
Puncaknya sedang terjadi hingga aku hanya bisa mendo’akanmu dari sini.

Kamu, kerinduanku
Yang kuharap rindu ini sebening keridhan-Nya..
Aamiin..


“Untuk ei.. (diucap dalam bahasa Inggris)”


Untuk Jodohku



Di pojok ruangan, saya melihat berbagai photo kenangan yang tertempel jelas di dinding kamar, meski bentuknya tidak rapi tapi sangat jelas tergambar bahwa hari itu saya sangat senang bersama teman-teman. Dengan penuh gaya, kami tersenyum saat lensa kamera mengambil kenangan di hari itu. Mata yang berbinar, cahaya yang nge-flat karena tidak profesionalnya saat mengambil photo pun jelas disana. Tidak samar sama sekali. Tapi, bukan masalah flat atau tidaknya, samar atau jelasnya, tapi waktu yang berjalan seolah lamban ternyata sudah mengantarkan kami ke dalam ruang yang sudah berbeda, dalam waktu yang sudah jauh terlampaui.


Ruang yang berbeda,
Jelas sangat berbeda, saya yang terus menetap di Bandung. Meninggalkan celotehan yang indah di sebuah gedung tinggi, tempat mencari kehidupan sejati, yaitu Asrama. Sebuah penjara suci dengan berbagai warna suka dan duka.
Waktu yang berbeda,
Beberapa teman sekarang tinggal di luar kota Bandung, bahkan ada yang tinggal di luar Indonesia. Jelas waktu menjadi perbedaan. Ditambah kulit yang keriput, kulit yang kering dan mata yang tak berbinar lagi, karena melihat waktu ternyata berbeda dengan apa yang diharapkan.
Semua berbeda, ketika satu persatu dari mereka melepas lajang dan mempunyai sebuah surga kecil nan indah bersama suami/istri dan anak-anak mereka. Mendengar kabar bahwa teman A mengandung anak ke-2, mendengar kabar bahwa teman B telah melahirkan anak perempuan, mendengar kabar teman C akan segera menikah, mendengar banyak kabar bahagia dari mereka. Semoga mereka menjadi keluarga Sakinah, Mawadah, Wa Rahmah.

Ingin rasaya, aku pun membagi kebahagiaanku kepada mereka. Waktu dan ruang ternyata belum menjawab semuanya. Kini waktu banyak mengajariku lebih dewasa dan sabar menghadapi berbagai persoalan. Semoga aku tetap sadar dan sabar untuk selalu berada di jalan-Mu mencari sebening keridhaan-Mu.

Untuk jodohku yang masih entah dimana, aku hendak mencari akan tetapi ada sepenggal waktu yang masih aku gunakan untuk mencari ilmu. Aku ingin dijemput olehmu yang kini sangat aku rindukan. Pendidikan S-1 ku akan selesai beberapa bulan lagi, terhitung hanya tingga 120 hari lagi aku menyelesaikannya. Aku ingin berbagi kebahagiaan kepada teman-temanku yang tiba-tiba mengantarkan surat udangannya, aku pun ingin berbagi kebahagiaan denganmu, melihatmu tersenyum kepadaku, mengajariku bersabar dan beribadah kepada Sang Maha Cinta.

Wahai Jodohku, jemputlah aku disini. Karena aku sepenggal kaki yang pincang, belum bisa berdiri dengan tegak.
Wahai jodohku, ajarilah aku bagaimana arti cinta, bagaimana kasih sayang, bagaimana indahnya dunia untuk mencapai ridha-Nya.
Wahai jodohku, ajarilah aku agar aku tak lupa akan cinta kasih Ibu dan Bapak sepanjang masa aku hidup bersama mereka.
Wahai jodohku, ajarilah aku mencintai saudara-saudaraku yang selalu aku repotkan tapi mereka tetap menyayangiku.
Wahai jodohku, engkaulah imam bagiku dan bagi anak-anak kita, ajarilah kami untuk selalu menjadi ma’mum yang baik bagimu dan bagi-Nya
Engkaulah yang akan menuntunku mencari keikhlasan, keridha-an Allah swt.
Aku ingin membahagiakan orangtuaku dengan dipinang olehmu
Aku ingin membahagiakanmu dengan segala kekuatanku, karena tiada lain hidup ini adalah untuk keluarga.
Aku ingin membahagiakan teman-teman yang sudah lama menunggu undangan dariku
Aku ingin mendapatkanmu diantara shalat-shalat malamku
Aku ingin dipinang oleh keikhlasanmu diantara kekurangan-kekuranganku
Wahai jodohku.. Insya Allah rizqi kita diatur oleh-Nya
Insya Allah segala cita-cita dikabulkan oleh-Nya jika kita tetap kuat berusaha dan berdo'a
Insya Allah....

SKRIPSI, Dont Worry!!!


Waktunya bercerita, :)
Kembali tentang skripsi yang selalu bikin sakit perut, mual, pusing (kayak orang yang hamil muda). Entah mengapa hal seperti itu terjadi pada saya. Mungkin karena pada penyelesaian perkuliahan ini tenaga dan otak memang dikuras sekuat tenaga. Itulah salah satu kekurangan dari bangsa kita, karena tidak dibiasakan berfikir sistematis sejak dini.
Skripsi, sebuah kewajiban dan salah satu persyaratan memiliki titel dibelakang nama, seperti S.I.Kom (Sarjana Ilmu Komunikasi), S.Pd (Sarjana Pendidikan), S.Ag (Sarjana Agama), S.Sos (Sarjana Sosial), S.Kom. I (Sarjana Komunikasi Islam) seperti yang saya tempuh. Namun, ketika mengerjakan skripsi ada kekhawatiran ketika browsing internet ada JASA PEMBUATAN SKRIPSI. Jika seperti itu adanya maka skripsi menjadi hal normatif saja, menjadi salah satu persyaratan saja, menjadi hal yang menakutkan (karena jika ada jasa seperti itu, menganggap diri kita tidak mampu mengerjakan skripsi).
Well, Skripsi itu bukanlah hal yang menakutkan. Skripsi hanyalah sebagian kecil dari persyaratan kita menyelesaikan perkuliahan. Skripsi bisa dikerjakan tanpa JASA PEMBUATAN SKRIPSI. Skripsi adalah titik awal otak kita berfikir secara sistematis dan terorganisasi.
Semangat pengerjaan skripsi itu harus semangat seperti para pejuang atau mujahid-mujahid Allah. Harus pantang menyerah, tidak berputus asa, selalu sabar, dan setelah berikhtiar harus selalu pasrah akan kuasa Allah SWT. Karena Allah SWT pasti akan memberikan balasan sesuai apa yang telah dikerjakannya. Dan Allah SWT tidak akan membebani seseorang kecuali dengan sekemampuannya. “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya....” (Q.S, 2:286).
Ingat seorang dosen bercerita, kala itu beliau melaksanakan ujian kelulusan, akan tetapi nilai yang diperolehnya tidak sesuai yang diharapkan. Guru beliau berkata “Nak, sepertinya kamu lupa melaksanakan shalat malam”. Dosen saya langsung mengingat disaat waktu digunakan hanya untuk menghafal tanpa mengoptimalkan waktu untuk berdo’a kepada Sang Maha Kuasa.
Tidak jauh dari hal tersebut, tante saya bilang “Cha (panggilan beliau kepada saya), lagi ngerjain skripsi jangan lupa tahajud, Insya Allah diberi kemudahan. Waktu dulu juga auntie (panggilan saya kepada tante saya) dikasih tahu sama kakak kelas kayak gitu, terus auntie rajin shalat malam, eh dosen ngasih referensi banyak, terus pas di angkot ketemu orang yang baru dikenal, terus pas udah ngobrol panjang lebar, dia ngasih referensi buat skripsi auntie” ceritanya.
Skripsi selain mendekatkan kita kepada buku-buku yang disusun oleh penulis-penulis, juga mendekatkan kita kepada Sang Maha Kuasa yaitu Allah SWT. Mungkin disini titik awal yang rawan, ketika ingin mengerjakan skripsi ada saja hambatan-hambatan eksternal atau internal yang menjadikan malas.
Skripsi itu sebagian kecil dari salah satu persyaratan kita mendapat gelar. Tidak boleh meremehkan. Selalu membaca. Selalu menulis. Selalu berusaha. Selalu BERDO’A. Dan harus tetap SEMANGAT!!
Skripsi Don’t Worry!!

Jumat, 12 Oktober 2012

Surat Untuk Tuhan di Malam Ini

Bismillahirrahmanirrahim,

Surat ini aku tulis untuk Engkau, Hanya Engkau Maha Cinta, Engkau Maha Agung, There's no God But You, Allah SWT
Tidak ada pak pos yang mengirim surat ini, tapi hati ini semoga menjadi perantara betapa aku merindukan-Mu. Semoga aku merindukan-Mu selalu di setiap langkah kakiku berjalan. Semoga aku merindukan-Mu selalu dalam nafas yang selalu kuhembus.
Tuhan, surat ini untuk-Mu semata.

Diselang pembuatan skripsi, malam ini begitu gersang, hujan tak membasahi bumi. Diselang waktu yang sudah kering kerontang seperti padang pasir. Diselang batas yang tak berbatas, aku memikirkan betapa langit luas dan tak bisa terjamah oleh raga. Begitu besar Tuhan, sehingga aku begitu sangat kecil, mungkin jantung ini bisa saja disentuh oleh-Nya dan aku tak bisa terbangun di esok hari. Aku belum siap Tuhan... 
Nyawaku...apakah masih banyak waktu untukku memberi kebahagiaan untuk orangtua, adik-adikku dan calon suamiku? Nyawaku ini..apakah masih bisa terbangun di esok pagi hingga aku bisa membuat senyum untuk mereka..
Diselang waktu mengerjakan skripsi, aku berfikir, buat apa skripsi ini? buat apa? Aku tahu, buat mereka yang kucinta, belum banyak yang bisa aku beri. Baru skripsi yang bisa aku banggakan. Baru ini... 
Tuhan, kemana detikku selama ini? selama waktu 24 jam dikali 21 tahun dengan detik yang sudah jutaan pijakan aku lewati. Kemana saja tubuh ini? Sudahkah aku mengucap taubat kepada-Mu? Aku yakin sudah, tapi...aku kembali mengulanginya..
Tuhan, tubuh ini sangat buram, suram, dan penuh cacat. Sangat kecil tapi otakku sombong kepada-Mu.
Tuhan, diselang waktu ini aku berharap bahwa Engkau memelukku, menciumku dengan sayang-Mu. Aku tak mau mencemburui-Mu, aku tak mau membuat-Mu jauh, tuntun aku Rabbii...
Engkau cahya yang tak pernah sirna, Engkau hembusan yang tak pernah habis, Engkau Satu dan Tak pernah terbayang jika Kau menjauh dariku...

Sujudku Pada-Mu

Masih Tentang Rindu

Masih tentang rindu,
Karena bicara tentangmu takkan ada habisnya di hatiku
Masih tentang cinta,
Karena bicara tentangmu takkan ada habisnya di mataku
Masih tentangmu,
Takkan ada habis cerita tentangmu


Ada sua yang tak berirama
Ah, sungguh kau buatku pilu hari ini
Bunga pun hampir layu
Kelopaknya tak hijau lagi

Aku merindukanmu
Tiba-tiba duduk disampingku
Menatap dan mengerlingkan mata

Aku merindukanmu
Tubuhmu yang tegap
Membawaku menghilangkan kerisauan

Tiba-tiba kau datang menghapus mendungnya langit
Seketika pun hujan turun
Setianya kau menemani menunggu pelangi

Aku merindukanmu dibawah langit yang sama
Tapi terasa begitu hampa
Jantung ini terasa tak berdetak
Darah pun terasa memberati otak

Jutaan cahaya memantulkan sinarnya
Tapi sudah beribu detik belum bisa memantulkan kerinduan ini padamu

Puncak Kerinduan

Malam ini merindukan bulan purnama yang entah sedang apa di langit yang penuh bintang
Malam ini dipenuhi temaran
Dihiasi lilin yang berhalusinasi menyapa semilir angin
Ucap kerinduan ini hanya untuknya yang sedang jauh dari mata
Bernyanyi kerinduan ini hanya untuk dia yang mengharap keridhoan-Nya
Selalu rindu ini menghentakan waktu karena takut Sang Maha Cinta cemburu
Ku tetap simpan sebongkah kotak berisi puzzle kerinduan untuknya
Semoga kau yang pertama dan terakhir untukku cinta
Menjadi imam dan aku akan berusaha kuat menjadi ma'mun yang setia
Teka-teki mapping kita belum terjawab
Kau yakini semua akan berjalan baik-baik saja
Aku yakini semua bisa kita lewati
Bersama, bersamamu mencari indahnya dzat Yang Hakiki
Malam ini memang bertabur bintang
Sangat indah bahkan melebihi bintang-bintang dalam catatanku
Tapi entah mengapa mutiara ini jatuh dari bunga narjisku
Merindukanmu yang sedang menemui dunia perang
Jari ini tetap menari diatas keyboard
Tapi belum bisa kuucap padamu
Aku takut mencemburui Tuhanku..
Kamu yang baik semoga selalu dilindungi oleh-Nya
Semoga kau selalu dikuatkan
Aku merindukanmu
Maka Puncak rindu ini adalah mendo'akan segala kebaikan untukmu..

Teruntuk ; Mr. A

Kamis, 11 Oktober 2012

Semangat Skripsi!!

Tidak terasa waktu 3,5 tahun itu berjalan seperti air yang mengalir, begitu terasa tapi begitu sangat cepat. Semoga air itu mengalir ke dalam muara yang tepat. Muara yang diridhai oleh Allah swt. dan bermanfaat untuk diri pribadi juga orang-orang sekitar.
3,5 tahun menginjakan kaki di Universitas Islam Bandung di Fakultas Dakwah dengan begitu banyak tantangan. Dengan berbagai masalah pribadi dan masalah organisasi. Satu tahun pertama memasuki satu organisasi kampus (Kopma Unisba) disambut baik oleh para pengurus yang mayoritas dari Fakultas Ekonomi dan Syari'ah. Sempat merasakan indahnya berorganisasi dengan heterogennya manusia. Menjejali waktu dengan rumitnya Administrasi. Tapi tidak terasa waktu begitu indah untuk terus diingat. Sampai tiba saatnya harus naik jabatan menjadi seorang Manajer Keuangan yang akhirnya harus mundur di medan perjuangan. Bukan karena tidak mencintai mereka, tapi karena terlalu cinta tak mau Kopma berantakan karena saya yang tidak mempunyai background pendidikan akuntansi.
Hingga tahun ini, tahun terakhir melaksanakan UTS, UAS dan berbagai aktivitas kampus untuk kurang lebih 6 bulan kedepan. Sampai akhirnya akan berpisah dengan teman-teman yang begitu setia menemani, Agus, Wisnu, Lia, Charles, Ridho, Fathur, dan satu teman baru yang begitu setia menemani kegundahan, melepas kepanatan, memotivasi dan sangat begitu baik, Afthon. Yah, mereka yang menghadirkan pengalaman-pengalaman baru dengan begitu tegas namun indah.
Saat bersama membuat film hingga berhari-hati tidak tidur, sampai tahu bagaimana sifat-sifat jelek kita. Banyak waktu sebetulnya tapi pemanfaatan waktu yang membuat kita teledor terhadap diri kita sendiri.
Semester terakhir mengerjakan skripsi, seharusnya membuat semangat karena kita akan menapaki kaki di tengah peradaban manusia yang sebenarnya. Bukankah ingin keliling dunia melihat panorama kuasa Tuhan? Berarti harus semangat dengan penuh. Berarti harus terus berdo'a dan memohon ampun kepada Sang Maha Cinta. Berarti harus ikhtiar dengan dibarengi do'a.
SEMANGAT SKRIPSI..... SEMANGAT KELILING DUNIA

Kamu Dalam Cinta


Karya : Nisa Rahmalia

Aku sulit merespon stimulus saat berhadapan denganmu,
Rasanya jantung ini berdetak melebihi orang yang mengalami serangan jantung.
Aku berdiri tepat dihadapanmu dan kau mengulas senyum tulus.
Aku menjauh darimu dan mencoba untuk hilang dari pandanganmu.
Banyak mata memadangku
Aku ingin hilang ingatan seketika wangi bajumu menusuk hidungku dan menggertakan aorta dalam otakku. Aku jatuh hati pada pria ini!
Aku menghindar darimu, sungguh itu yang aku lakukan. Mimpiku kemarin seakan nyata, kau sangat dekat dan sangat dekat denganku. Kau menusuk hatiku seketika. Langkahku lemah, apa kau menahanku?? Aku jatuh hati pada pria ini!
Kau menatapku. Kenapa harus begitu? Tidakkah kau tak melakukan itu?
Aku jatuh hati padamu!
Setahun yang lalu aku jatuh hati padamu dan terperosok didalamnya. Sangat mudah melakukan hal itu kepadaku, hingga baru kurasa begitu sakit dan tak mudah terbangun dalam lubang hatimu.
Dudukmu tertegun menghayati waktu yang terus bergulir mengikat jutaan sel darah. Kau tertegun menunggu berita sepakbola kesayangan di layar kaca di sebuah kantin. Aku panik melihatmu diam, akankah kau bersuara merdu menyapaku? Ternyata kau tak bersuara tapi bernyanyi untukku.
Wajahmu tenang walau angin mengusap kulit putih dan tegapnya badan kokohmu. Tanganmu masih kekar saat hujan menghantam bumi dengan seketika.
Sepatu membuatku terpaku dan tak menoleh pandangan walau sedetikpun
Kemeja dengan bekas setrika rapi tertata dengan nyaman. Tak bisa aku pungkiri, rupamu tetap mempesona untukku.
Kamu yang mengindahkan hari-hariku bersamamu, semoga kau tetap menjagaku dalam indahnya hidup
Kamu yang setia menunggu hujan reda, semoga kita bisa melihat pelangi bersama