Mungkin ketika orang-orang
membaca judul yang saya tulis akan banyak pertanyaan atau pernyataan. Mungkin akan
ada yang bertanya “Siapa Michael Sheridan itu?” atau mungkin ada yang bilang “Oooh
I know Michael Sheridan” dan banyak persepsi-persepsi yang lain. Namun bagi
saya empat hari bersama Michael Sheridan itu sangat menarik. Karena mengapa
tidak, sebagai orang yang sangat terobsesi dengan dunia perfilman, saya
antusias sekali belajar dengan Michael Sheridan walau hanya empat hari, dan
kalau boleh bilang belajar empat hari bersama Michael Sheridan itu free alias
gratisan dan diluar dugaan, seolah surprise terindah saya di akhir bulan
Oktober kemaren.
Saya yang lagi tiduran karena
demam yang lagi menyerang ditambah hidung mampet yang bener-bener buat saya
bete, tiba-tiba handphone saya bunyi dan pas diliat nomor baru yang memanggil. Saya
angkat dan SURPRISE!!! Yang menelpon adalah panitia dari Workshop Peningkatan
Kualitas Produksi Film, setelah telepon ditutup saya jingkrak-jingkrak,
sorak-sorak, dan lupa kalau saya lagi demam malem itu.
Beberapa menit kemudian saya
dikirim alamat hotel tempat workhsop dilaksanakan. Sebenernya saya ragu dengan
pengumuman tersebut. Karena udah jadi rahasia umum kalau penipuan itu selalu
terjadi dengan berbagai macam cara, apalagi dengan tekhnologi yang makin
canggih. Saya coba kirim email ke panitia untuk meyakinkan bahwa saya memang
terpilih menjadi peserta workshop tapi tetep nggak ada balasan, saya juga kirim
message lewat facebook ke mas Haryanto (sutradara dan panitia workshop) tapi
tetep aja nggak ada balasan.
Dengan bismillah saya pun pergi
ke hotel The Radiant Villa’s Lembang. Sebelum keberangkatan ke hotel saya
mempersepsikan tentang diri saya, yang pertama kalau tiba-tiba nyampe dan nama
saya nggak ada, berarti saya harus pulang tapi dengan malu yang menggunung
karena orang-orang rumah udah pada tau kalau saya mau ketemu Michael Sheridan. Yang
kedua, nama saya ada tapi dari institusi yang laen, berarti saya harus pulang
juga. Yang ketiga, nama saya ada dan saya harus mengikuti workshop, berarti
persiapannya harus bener-bener full mulai dari fisik juga mental, karena dari
institusi saya hanya saya doang yang terpanggil workshop.
Pukul 05.30 AM saya diantar pergi
oleh kakak saya pakai motor, dengan kecepatan diatas 60km/jam, angin bandung
diterjang sedemikian kencang karena takut kesiangan. Dijadwalkan setiap peserta
harus sudah registrasi pada pukul 07.00. jarak Banjaran ke Lembang itu bagaikan
dari Selatan ke Utara, karena Banjaran itu di Bandung selatan dan Lembang itu
di Bandung Utara. Dengan sedikit hambatan banjir di daerah Palasari, akhirnya
motor diputar balik, lewat Buahbatu akhirnya lancar tanpa kemacetan yang begitu
berarti.
Tepat pukul 06.55 AM saya sampai
di The Radiant Villa’s Lembang, itupun dengan nanya sana, nanya sini. Saya pun
registrasi dan saya mencari nama di absen, dan Alhamdulillah nama saya ada di
absen nomor 47 dari 50 orang peserta. AMAZING!! Dengan dag-dig-dug-dweeer.. :D
Tahap selanjutnya, saya mencari
tempat duduk yang strategis. Karena sudah terlanjur saya sendiri akhirnya saya
mencari tempat duduk di paling depan. Dan alhamdulillah saya duduk bersampingan
dengan perempuan lagi. Ketika saya berkenalan dengan perempuan di sebelah saya,
saya kira perempuan tersebut mahasiswa seperti saya, ternyata beliau adalah
dosen film di salah satu universitas swasta di Bandung. Menakjubkan, perempuan
muda itu sudah menjadi dosen.
Saya pun berkenalan lebih jauh
dengan beliau. Saya adalah orang yang segala ingin tahu, kepenasaran saya jauh
lebih tinggi dari ketidakingintahuan saya, olehnya saya terus lirik sana, lirik
sini. Saya liat ada Didi Petet, Haryanto Corakh, Sudibyo JS, Syamsul Adnan,
lalu saya liat Michael Sheridan. Wow!! Saya update facebook saat itu juga “DAMN,
HE’S MICHAEL SHERIDAN!! He’s movie maker from USA” Lebih menyenangkan lagi
ketika saya ngobrol sana ngobrol sini, setiap orang membicarakan tentang
photography, film, kamera, komposisi, coverage, depth dan lain sebagainya.
Cukup 2 jam saya beradaptasi
dengan mereka. Pertama saya melihat keadaan ruangan disana, melihat gerak-gerik
orang-orang, bahasa yang dipakai (meski sama pakai bahasa sunda dan Indonesia,
tapi tetap harus menyesuaikan, bener kan? Hehe..). akhirnya saya bisa
menyesuaikan pembicaraan dengan orang-orang di sekitar saya.
Kelas bersama Michael Sheridan
sendiri dimulai pada pukul 10.00 di hari pertama yang sebelumnya dibuka oleh
Kemendikbud dan Om Didi Petet. Awalnya saya kurang paham akan bahasa Michael
Sheridan, maklum kuping saya harus beradaptasi terlebih dahulu dengan bahasa
USA-nya Sheridan. Tapi lama kelamaan, saya tahu apa yang Sheridan katakan,
bahkan ketika saya mengajukan pertanyaan secara sadar dan tidak sadar saya
bertanya menggunakan bahasanya Sheridan.
Hal pertama yang Sheridan berikan
adalah Using Camera, cara penggunaan kamera, mulai dari On sampai Off-nya. Lalu
50 orang dari kami dibagi menjadi 9 kelompok, dan saya satu kelompok dengan dosen
yang duduk di sebelah saya, lalu dosen dari Universitas di Jogja, lalu dua
orang guru dari SMKN dari Bandung dan seorang mahasiswa dari Universitas di
Bandung. Maka jumlah kami 6 orang dan disimpan pada kelompok ke-2.
Sheridan memberi arahan untuk
praktek terlebih dahulu lalu beliau memberikan teori-teori singkat tentang
film. Mana yang baik dan mana yang kurang baik. Mana yang bagus dan mana yang
kurang bagus. Beliau memberikan pengarahan langsung ke setiap kelompok,
mengevaluasi hasil kerja kita dan memberikan saran dan kritik pada setiap
gambar yang kita ambil.
Saya sebagai orang awam di dunia
perfilman bener-bener antusias dengan workshop tersebut, saya bertemu dengan
orang-orang yang sudah profesional di bidang film, iklan dan multimedia
lainnya. Ada yang interest pada penulisan script, ada yang interest pada audio,
photography, ediitng dan lain sebainya.
Empat hari bersama Sheridan yang
merupakan movie maker yang pakem dalam dokumenter memberi pengetahuan kepada
saya tentang film dokumenter khususnya di dunia Barat. Lalu penyampaian film
dokumenter Barat yang tidak terlalu banyak efek-efek musik atau visual. Dokumenter
atau yang dikenal dengan Lived-Reality memang dibuat senatural mungkin, meski
ada yang men-direct tapi dibuat seeksotik aslinya.
Belajar empat hari bersama
Sheridan seperti belajar selama 2 semester tapi dirangkum dalam empat hari. Keren
dan Indonesia harus banyak mengadakan workshop-workshop film untuk meningkatkan
kualitas perfilman Indonesia agar lebih berkualitas tinggi.
CHAYO SINEAS INDONESIA!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar