Minggu, 04 November 2012

Empat Hari Bersama Michael Sheridan


Mungkin ketika orang-orang membaca judul yang saya tulis akan banyak pertanyaan atau pernyataan. Mungkin akan ada yang bertanya “Siapa Michael Sheridan itu?” atau mungkin ada yang bilang “Oooh I know Michael Sheridan” dan banyak persepsi-persepsi yang lain. Namun bagi saya empat hari bersama Michael Sheridan itu sangat menarik. Karena mengapa tidak, sebagai orang yang sangat terobsesi dengan dunia perfilman, saya antusias sekali belajar dengan Michael Sheridan walau hanya empat hari, dan kalau boleh bilang belajar empat hari bersama Michael Sheridan itu free alias gratisan dan diluar dugaan, seolah surprise terindah saya di akhir bulan Oktober kemaren.

Saya yang lagi tiduran karena demam yang lagi menyerang ditambah hidung mampet yang bener-bener buat saya bete, tiba-tiba handphone saya bunyi dan pas diliat nomor baru yang memanggil. Saya angkat dan SURPRISE!!! Yang menelpon adalah panitia dari Workshop Peningkatan Kualitas Produksi Film, setelah telepon ditutup saya jingkrak-jingkrak, sorak-sorak, dan lupa kalau saya lagi demam malem itu.

Beberapa menit kemudian saya dikirim alamat hotel tempat workhsop dilaksanakan. Sebenernya saya ragu dengan pengumuman tersebut. Karena udah jadi rahasia umum kalau penipuan itu selalu terjadi dengan berbagai macam cara, apalagi dengan tekhnologi yang makin canggih. Saya coba kirim email ke panitia untuk meyakinkan bahwa saya memang terpilih menjadi peserta workshop tapi tetep nggak ada balasan, saya juga kirim message lewat facebook ke mas Haryanto (sutradara dan panitia workshop) tapi tetep aja nggak ada balasan.

Dengan bismillah saya pun pergi ke hotel The Radiant Villa’s Lembang. Sebelum keberangkatan ke hotel saya mempersepsikan tentang diri saya, yang pertama kalau tiba-tiba nyampe dan nama saya nggak ada, berarti saya harus pulang tapi dengan malu yang menggunung karena orang-orang rumah udah pada tau kalau saya mau ketemu Michael Sheridan. Yang kedua, nama saya ada tapi dari institusi yang laen, berarti saya harus pulang juga. Yang ketiga, nama saya ada dan saya harus mengikuti workshop, berarti persiapannya harus bener-bener full mulai dari fisik juga mental, karena dari institusi saya hanya saya doang yang terpanggil workshop.
Pukul 05.30 AM saya diantar pergi oleh kakak saya pakai motor, dengan kecepatan diatas 60km/jam, angin bandung diterjang sedemikian kencang karena takut kesiangan. Dijadwalkan setiap peserta harus sudah registrasi pada pukul 07.00. jarak Banjaran ke Lembang itu bagaikan dari Selatan ke Utara, karena Banjaran itu di Bandung selatan dan Lembang itu di Bandung Utara. Dengan sedikit hambatan banjir di daerah Palasari, akhirnya motor diputar balik, lewat Buahbatu akhirnya lancar tanpa kemacetan yang begitu berarti.

Tepat pukul 06.55 AM saya sampai di The Radiant Villa’s Lembang, itupun dengan nanya sana, nanya sini. Saya pun registrasi dan saya mencari nama di absen, dan Alhamdulillah nama saya ada di absen nomor 47 dari 50 orang peserta. AMAZING!! Dengan dag-dig-dug-dweeer.. :D

Tahap selanjutnya, saya mencari tempat duduk yang strategis. Karena sudah terlanjur saya sendiri akhirnya saya mencari tempat duduk di paling depan. Dan alhamdulillah saya duduk bersampingan dengan perempuan lagi. Ketika saya berkenalan dengan perempuan di sebelah saya, saya kira perempuan tersebut mahasiswa seperti saya, ternyata beliau adalah dosen film di salah satu universitas swasta di Bandung. Menakjubkan, perempuan muda itu sudah menjadi dosen.

Saya pun berkenalan lebih jauh dengan beliau. Saya adalah orang yang segala ingin tahu, kepenasaran saya jauh lebih tinggi dari ketidakingintahuan saya, olehnya saya terus lirik sana, lirik sini. Saya liat ada Didi Petet, Haryanto Corakh, Sudibyo JS, Syamsul Adnan, lalu saya liat Michael Sheridan. Wow!! Saya update facebook saat itu juga “DAMN, HE’S MICHAEL SHERIDAN!! He’s movie maker from USA” Lebih menyenangkan lagi ketika saya ngobrol sana ngobrol sini, setiap orang membicarakan tentang photography, film, kamera, komposisi, coverage, depth dan lain sebagainya.
Cukup 2 jam saya beradaptasi dengan mereka. Pertama saya melihat keadaan ruangan disana, melihat gerak-gerik orang-orang, bahasa yang dipakai (meski sama pakai bahasa sunda dan Indonesia, tapi tetap harus menyesuaikan, bener kan? Hehe..). akhirnya saya bisa menyesuaikan pembicaraan dengan orang-orang di sekitar saya.

Kelas bersama Michael Sheridan sendiri dimulai pada pukul 10.00 di hari pertama yang sebelumnya dibuka oleh Kemendikbud dan Om Didi Petet. Awalnya saya kurang paham akan bahasa Michael Sheridan, maklum kuping saya harus beradaptasi terlebih dahulu dengan bahasa USA-nya Sheridan. Tapi lama kelamaan, saya tahu apa yang Sheridan katakan, bahkan ketika saya mengajukan pertanyaan secara sadar dan tidak sadar saya bertanya menggunakan bahasanya Sheridan.

Hal pertama yang Sheridan berikan adalah Using Camera, cara penggunaan kamera, mulai dari On sampai Off-nya. Lalu 50 orang dari kami dibagi menjadi 9 kelompok, dan saya satu kelompok dengan dosen yang duduk di sebelah saya, lalu dosen dari Universitas di Jogja, lalu dua orang guru dari SMKN dari Bandung dan seorang mahasiswa dari Universitas di Bandung. Maka jumlah kami 6 orang dan disimpan pada kelompok ke-2.

Sheridan memberi arahan untuk praktek terlebih dahulu lalu beliau memberikan teori-teori singkat tentang film. Mana yang baik dan mana yang kurang baik. Mana yang bagus dan mana yang kurang bagus. Beliau memberikan pengarahan langsung ke setiap kelompok, mengevaluasi hasil kerja kita dan memberikan saran dan kritik pada setiap gambar yang kita ambil.

Saya sebagai orang awam di dunia perfilman bener-bener antusias dengan workshop tersebut, saya bertemu dengan orang-orang yang sudah profesional di bidang film, iklan dan multimedia lainnya. Ada yang interest pada penulisan script, ada yang interest pada audio, photography, ediitng dan lain sebainya.

Empat hari bersama Sheridan yang merupakan movie maker yang pakem dalam dokumenter memberi pengetahuan kepada saya tentang film dokumenter khususnya di dunia Barat. Lalu penyampaian film dokumenter Barat yang tidak terlalu banyak efek-efek musik atau visual. Dokumenter atau yang dikenal dengan Lived-Reality memang dibuat senatural mungkin, meski ada yang men-direct tapi dibuat seeksotik aslinya.

Belajar empat hari bersama Sheridan seperti belajar selama 2 semester tapi dirangkum dalam empat hari. Keren dan Indonesia harus banyak mengadakan workshop-workshop film untuk meningkatkan kualitas perfilman Indonesia agar lebih berkualitas tinggi.
CHAYO SINEAS INDONESIA!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar